Seorang wanita bekerja di luar rumah adalah suatu hal yang lumrah, karna hakikatnya mencari harta untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri itu adalah satu hal yang penting. Maka dari itu salah satu dari menjaga 5 hal yang daruriat dalam agama adalah dengan cara bekerja.
Bagaimana jika yang bekerja adalah seorang istri?
Seorang istri adalah tangung jawab dari suaminya baik dalam pemenuhan kebutuhan peribadi dan rumah tangga. Jika seorang istri memiliki penghasilan dari hasil usahanya sendiri, maka penghasilan itu adalah harta miliknya pribadi yang boleh di pergunakan tanpa izin dari suami. berbeda halnya dengan seorang suami, jika ia berpenghasilan maka penghasilanya itu harus di distribusikan untuk kebutuhan rumah tangganya.
Seorang teman pernah berkisah kepada saya tentang seorang istri yang uang hasil kerjanya di pergunakan untuk keperluan rumah tangga, karna faktor gaji dari suami tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga.
Bagaimana harusnya seorang istri bersikap?
"Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Hadist di atas menguatkan kisah seorang wanita ahli syurga yang paling mulia, beliau adalah ibunda Khadijah, istri Rasulullah SAW.
Apa yang kemudian menyebabkan bunda Khadijah mejadi seorang wanita paling mulia di surga?
Salah satu alasanya adalah karna ia dengan kelapangan hati memberikan seluruh hartanya tanpa terkecuali untuk Allah dan Rasulnya agar dapat di pergunakan untuk kepentingan agama dan da’wah kala itu. Seluruh harta hasil perniagakannya sejak muda tidak sedikitpun akhirnya beliau rasakan secara dzohir di dunia.
Lalu bagaimana dengan istri yang hartanya di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang ia pun merasakan manfaatnya? Semoga Allah melapangkan hati-hati mereka dan di sediakan jalan menuju surga lewat pintu manapun yang mereka inginkan.
Bagaimana jika yang bekerja adalah seorang istri?
Seorang istri adalah tangung jawab dari suaminya baik dalam pemenuhan kebutuhan peribadi dan rumah tangga. Jika seorang istri memiliki penghasilan dari hasil usahanya sendiri, maka penghasilan itu adalah harta miliknya pribadi yang boleh di pergunakan tanpa izin dari suami. berbeda halnya dengan seorang suami, jika ia berpenghasilan maka penghasilanya itu harus di distribusikan untuk kebutuhan rumah tangganya.
Seorang teman pernah berkisah kepada saya tentang seorang istri yang uang hasil kerjanya di pergunakan untuk keperluan rumah tangga, karna faktor gaji dari suami tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga.
Bagaimana harusnya seorang istri bersikap?
"Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Hadist di atas menguatkan kisah seorang wanita ahli syurga yang paling mulia, beliau adalah ibunda Khadijah, istri Rasulullah SAW.
Apa yang kemudian menyebabkan bunda Khadijah mejadi seorang wanita paling mulia di surga?
Salah satu alasanya adalah karna ia dengan kelapangan hati memberikan seluruh hartanya tanpa terkecuali untuk Allah dan Rasulnya agar dapat di pergunakan untuk kepentingan agama dan da’wah kala itu. Seluruh harta hasil perniagakannya sejak muda tidak sedikitpun akhirnya beliau rasakan secara dzohir di dunia.
Lalu bagaimana dengan istri yang hartanya di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang ia pun merasakan manfaatnya? Semoga Allah melapangkan hati-hati mereka dan di sediakan jalan menuju surga lewat pintu manapun yang mereka inginkan.
0 Response to "Seperti Bunda Khadijah"
Posting Komentar