Ada narasi yang begitu saja terbangun sejak hadirmu
Jemariku semakin lincah saja merangkai tiap katanya
Kadang tentang bahagia, kadang juga luka
Luka? Ah iya. kau tau kenapa ada luka dalam narasi ini?
Karna proses panjang yang menghadirkan cerita tidak seperti
yang aku mau
Aku faham, pembuat skenario hidup kita tau kisah mana yang
pantas untuk jadi alurnya
Aku? hanya penulis naskah yang harus mengikuti alur cerita
didunia nyata
Kadang aku bertanya,
Mengapa pula harus serumit ini alurnya?
Sisi lain diriku menjawab. Karna kisah hidup mu bukan
alur sinetron yang mudah ditebak
Kadang juga aku menerka,
Kemana ujung narasi yang sedang ku rangkai ini
Happy ending kah? Atau sebaliknya?
Kamu tau, hatiku sering berdebat tentang mu
Kadang memaki, kadang mengagumi, kadang mengasihani
Bodohnya aku terlalu sibuk menerka dan menyimpulkan semuanya
sendiri
Seharusnya aku bertanya padamu, seperti apa ujung narasi
ini (?)
Tapi sayang, bertanya saja aku tak mampu.
Beginilah selalu alur narasi ini kutulis,
Hanya berpedoman atas apa yang aku rasa dan aku terka
Tuhan bilang, nikmati saja alurnya
Perlahan aku mulai menikmatinya
Menikmati romantisme tuhan pada tiap alur narasi yang
kurangkai
Dan akhirnya aku tau, bukan ujung narasi ini yang ingin
tuhan berikan
Tapi proses merangkainya, agar dapat menjadi hikmah bagiku
Mungkinpun bagimu juga,
0 Response to "Dialog Rasa (2)"
Posting Komentar