Atas segala hal yang mungkin membuatmu kecewa
Yang membuat ruang obrolan kita berdebu karnanya
Sebab tak ada kita yang rutin mengunjunginya
Kepada narasi yang tidak pernah kita duga
Yang lagi-lagi menjadi sekat
Yang membuat jarak semakin tak terhitung jumlahnya
Bukan soal badan yang memang terpisah lautan tak bertepi
Tapi jarak sebenar hati yang tak mau lagi peduli
Kita bak jelaga yang sudah hangus terbawa angin pula
Hilang arah, lenyap oleh lindasan roda
Tak tau akan dicari lagi kemana
Lalu semuanya gelap, hampa
Esok, saat mentari masih berpedar ketika membuka mata
Diatas kaki-kaki rapuh, Kita berusaha berdiri
Tersenyum pada pilu yang menemani malam-malam kita
Menyapa harap yang masih hangat dibalik otak
Dan akhirnya kita sadar, atas kecewa yang sama
Ternyata ada yang keruh didalam hati kita
Yang tak seharusnya kita pupuk menjadi amarah
Yang seharusnya kita tepis atas nama saudara
Esok atau entah kapanpun
Jika kita bertemu lagi,
Kuharap sudah tak ada kecewa dan benci
Kuharap nurani sudah menjadi sebenar-benarnya kita
Karna bagiku saling memahami
adalah konsekuensi dari apa yang sudah terjadi
0 Response to "Dialog Rasa (12)"
Posting Komentar