Api Pengorbanan



pagi yg indah, burung-burung masih bersahutan seperti dulu namun tak sesyahdu yg dulu. karna kini kicauan burung hanya sebagai selingan dari kendaraan-kendaraan yang beraktifitas di pagi hari. Leni berdiri di ujung balkon sambil memandangi pohon mangga yang tumbuh tinggi menjulang di halaman rumahnya. lama di pandanginya pohon itu hingga samar-samar tergantikan oleh pemandangan masa kecilnya,.

“Leni,.” Panggil Riko berlari menuju ayunan yg di dudukinya,

“iya,.” Jawab Leni dengan seulas senyum dari bibir mungilnya,

“Len, main ke dekat hutan sana yuk, kita cari mainan baru,” ajak Riko.

“Riko, aku gak boleh main jauh-jauh sama ayah, ayah bilang aku cuman boleh main dalam pagar aja”

“ah,.. ayah kamu gak asik Len,..”

“emang ayah aku mainan ? gak asik ?” Leni terus berayun-ayun,.. Riko bersandar pada pohon mangga yg belum terlalu besar, sambil menyelonjorkan kakinya.

“Len kalau udah besar nanti kamu mau jadi apa ?” tanya Riko sambil mencabut-cabut rumput di sekelilingnya.

“Aku mau jadi ahli tumbuh-tumbuhan ko, biar aku bisa ngalahin tabib-tabib yg ada di cina, aku akan jadi orang yg hebat” gumam Leni bangga sambil menerawang di kejauhan,.

“wah,, berarti kamu bisa jadi dokter buat aku ya, kalo aku sakit ?”

“iya, kalo aku tau tumbuhan apa yg bisa kamu makan biar sembuh?”

“kayak kambing ya, makan tumbuhan”

“tapi kata ayah ku tumbuhan sehat buat di makan contohnya aja kangkung, bayam, “

“itu mah sayur len” potong Riko..

“Hahah,.. aku gak tau juga deh, pokoknya aku maujadi kayak tabib-tabib di TV itu,. Kalo kamu mau jadi apa ko ?” tanya Leni sambil mengalihkan pandangannya

“aku, mau jadi pengusaha sukses,. Biar punya banyak uang dan bahagian orang-oranng di sekeliling aku,.” Ujar Riko bangga

“nanti, kalo kamu udah jadi pengusaha kamu mau bahagiain aku juga kan ?”tannya Leni sambil menatap Riko,.

“iya len, kamu kan teman terbaik aku sejak dulu, aku akan bahagiain kamu kalo aku udah jadi pengusaha sukses nanti,”

“emang kamu mau usaha apa ? usaha toko kayak ayah aku ?”

“emmm,.. aku gak tau len,.. yg penting pengusaha sukses, lebih dari ayah kamu.. kamu punya pisau len ?” tanya Riko

“aku gak punya, yang punya bibik di dapur,.. biar aku ambilkan ,.” Leni berlari-lari kecil menuju belakang rumahnya, dan kembali ke pohon mangga sambil membawa pisau.”kata bibi harus di kembalikan segera, ko. nih,”leni menyerahkan pisau itu. Riko mulai mengukir mimpinya dan mimpi Leni di dahan pohon mangga yg belum terlalu besar. “kamu buat apa ko ?” tanya Leni

“aku tulis mimpi kita, biar jadi kenyataan,”. Jawab Riko.

“kenapa tulis di pohon ? nanti pohonnya sakit,. Tulis di kertas aja, biar aku ambil.”

“jangan len,.. pohon ini akan menjadi saksi mimpi kita saat udah besar nanti,. Kalo kita tulis di kertas bisa hilang,. Tapi kalo di sini gak bisa, kecuali pohonya di tebang.” Papar Riko.







TIN...TIN... suara kelakson mobil membuyarkan lamunanya, dia kembali tersadar.. segera di siapkanya diri.

“Leni, sudah siap ?” tanya ayah.

“udah yah”

“sarapan dulu sayang,” kata ibu sambil membelai jilbab ungu yang di kenakan Leni.

“Leni lagi gak lapar bu, nanti juga di pesawat di sediain makanan” ia tersenyum pada ibunya yang makin menunjukan tanda-tanda penuaan pada garis wajahnya

“ya, sudah. Ibu gak bisa ngantarin kamu gak papa ya ?”

“iya bu.. ibu banyak-banyak istirahat aja di rumah jangan terlalu capek ntar waktu Leni pulang ibu gak bisa ngurusin Leni lagi.” Canda Leni pada ibunya

“Ahh,... kamu ini. Ya sudah hati-hati di jalan ya nak.” Ujar ibunya sambil mengecup kening Leni.

“iya bu,”




hari ini Leni harus menghadiri seminar dari pakar obat-obatan dari seluruh indonesia, yang akan di adakan di Malang, perjalanan yang akan di tempuh menghabiskan kurang lebih setengah hari dari kediamannya. Sepanjang perjalanan Leni lebih banyak mengahabiskan waktunya dengan diam mendengarkan musik, kadang terbersit bayangan teman kecilnya Riko yang katanya telah memiliki perusahaan penggerak produksi lokasi perdagangan di jakarta, sudah hampir tiga tahun belakang ini Leni dan Riko putus kontak, mungkin karna mereka memiliki tanggung jawab yang berat dan kesibukan yang tidak bisa di tinggal. Leni berfikir untuk mengunjungi teman kecilnya itu setelah pulang dari seminarnya selama 3 hari di Malang .







“len, ayah gak bisa ikut nemanin kamu ke dalam gak papakan ?, soalnya ayah masih ada kerja yang gak bisa di tinggal” ujar ayahnya setelah memarkirkan mobil di lapangan parkir bandara.

“iya gak papa kok yah, lagian Leni kan udah besar, “ jawab Leni sambil mengangkut tas ranselnya.

“Ayah ngantar sampai sini aja ya, hati-hati di sana kalo ada apa-apa hubungin ayah atau ibu ya.”

“oke bos” jawab Leni sambil menyalimi tangan ayahnya.

“Asalammuaalaikum, hati-hati, yah”

“waalaikum salam, iya” jawab ayahnya sambil berjalan menjauh.




Leni segera cek in dan langsung bergabung dengan teman-teman seperguruannya untuk segera memasuki pesawat. ia berangkat dengan dua orang temannya Lisa dan Putri. Pesawatpun berjalan tanpa ada penundaan dan hambatan, setibanya di daerah yang dituju Lisa, Leni dan Putri langsung keluar dari bangunan utama bandara, Di luar bandara seseorang yang mengenakan kartu kepanitiaan seminar menghampiri mereka bertiga. Merekapun langsung berangkat menuju tempat acara. Perjalanan berlangsung sejam lebih , karna acara di mulai pada malam harinya Leni, Putri dan Lisa yang sudah registrasi segera mengemasi barang-barangnya di kamar yang telah di sediakan oleh panitia. Setelah selesai mengemasi semua barang merekapun turun ke ruangan acara untuk melihat-lihat pameran hasil penelitian para pakar kedokteran dan pakar tumbuhan. mereka pun berpencar untuk melihat-lihat pemeran dan untuk mencari kenalan sesama penggiat kesehatan ataupun pakar tumbuh-tumbuhan.

Tak lama Leni melihat-lihat, seorang yang kebetulan berada di sekitar tumbuhan obat-obatan menyapanya.

“Alumni dari mana mbak ?”

“gak usah manggil mbak, panggil nama aja. Saya Leni dari IPB. “

“Oh, maaf-maaf, saya Lian dari UNJ, “

Dari perkenalan tersebut mulailah ada ikatan pertemanan antara Lian dan Leni yang kebetulan berada di bidang yang sama, yaitu Apoteker. Tapi kalo Lian kerja di bagian lapangan sedangkan Leni lebih banyak bekerja di laboraturium. Seusai mereka melihat-lihat seluruh karya penelitian yang di pamerkan merekapun pergi ke ruang makan untuk sekedar minum teh hangat sambil berbagi pengalaman dan cerita tentang karir mereka.

Pada pukul 08:00 seusai solat isya , acarapun di mulai, satu persatu bahasan pun di paparkan, di jelaskan bagaimana keadaan kedokteran yang terlalau banyak menggunakan obat-obatan berdosis tinggi dan mengakibatkan para konsumen harus bertergantungan dengan dosis-dosis yang dapat membahayakan, namun di sisi lain hutan-hutan tropis di indonesia yang banyak menghasilkan tumbuhan obat-obatan yang banyak di incar oleh para proyektor-proyektor bangunan yang akan mengubah lahan tumbuhan itu menjadi perumahan atau bahkan menjadikan pusat perbelanjaan, perkebunan dan villa yang hanya akan menguntungkan beberapa pihak saja. Miris hati para pakar kedokteran yang tidak mungkin selamanya memberikan zat kimia-zat kimia itu kepada para pasienya. Acara berakhir pada pukul 10:00 dan para peserta yang berkisar sekitar 100 orang itupun segera kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat, dan akan melanjutkan lagi acaranya besok jam 09:00 pagi sampai jam 15:00 sore.

“leni,”

“ya? “ Leni menghentikan langakahnya

“langsung mau tidur nih?”

“iya, gak baik tidur di atas jam sepuluh.”

“iya deh buk dokter. Eh, minta nomer hp dong, ada yang mau aku sampein ke kamu, tapi lewat sms aja.”

“tentang?”

“ah, liat aja ntar.”

“nih, miscall nomor kamu,” ia menyodorkan hpnya pada Lian.

Keesokan harinya leni bangun pukul 04:04 saat di lihatnya masih ada waktu untuk menunaikan solat malam, iapun segera menunaikannya, hingga beberapa saat kemudian azan subuh berkumandang. Di bangunkanya Putri yang sekamar dengannya, untuk melaksanakan solat subuh berjama’ah .

Mentari menyingsingkan cahayanya, berusaha menembus gorden jaring-jaring yang menutupi jendela yang telah di buka. Leni yang baru saja selesai merapikan dirinya teringat akan kata-kata Lian tadi malam, di ambilnya hp yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Di bukanya salah satu pesan yang masuk, pesan dari Lian .


Len, dulu aku pernah ngelakuin penelitian di sini. aku nemuin beberapa tumbuhan yang mengandung antioksidan, obat-obatan penawar racun dan sebagainya. Lokasinya gak terlalu jauh dari sini dan gak masuk ke pedalaman hutan juga. hari terkhir besok aku mau langsung ke lokasi itu mau ngambil beberapa sampel buat di budidayakan sama beberapa temen. Kalo kamu berminat buat ngeliat aku gak keberatan kok, sekalian ajak temen-temen mu. Jarang-jarangkan datang ke malang dan ngeliat tumbuhan yang kayak gituan. di jakarta mah jarang ada yang gituan len.

Lian



Leni langsung menanyakannya pada putri yang lagi nonton TV

“aku sih mau-mau aja len, kayaknya juga Lisa gak keberatan. Tapi pulangnya apa gak kelamaan?”

“aku rasa sih enggak,”

“oke deh, kalo gitu aku ikut.”

acara kembali di mulai, detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jampun berlalu. tak terasa meraka telah berada di sana selama dua hari dua malam. dan besok adalah hari terkhir mereka mengikuti seminar.



Bintang yang masih setia menemani sang rembulan di malam hari, memamerkan pesonanya kepada seluruh umat manusia yang menyaksikan keindahan bebintang dari sang maha pencipta. Leni dan Putri mengamati keramainan kota malang dari balkon kamar yang mereka tempati, kerlipan lampu-lampu kendaraan pun turut meramaikan keadaan dan lampu-lampu yang memantulkan cahaya dari gedung-gedung tinggi, di hiasi pula dengan taburan kerlipan bintang di langit kelam. Lagu simple plan- i can wait forever mengalun dari hp Leni menambah syahdu suasana malam .

“Len, jadi gimana besok. Jadi ikut Lian ?”

“ya... sepertinya begitu. Tapi aku belum bilang pasti bakal ikut sama dia, besok deh sebelum acara aku bilang lagi.” Jawab Leni tanpa mengalihkan sorotan matanya. Malam makin larut mereka masih duduk sambil bercerita-cerita di balkon kamar, saat jam menunjukan pukul 12:12 barulah mereka masuk ke kamar untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk hari esok.




malam berganti subuh, mentari menggantikan tugas sang rembulan untuk mengisi hari bersama orang-orang di sisi timur pulau jawa. Leni yang telah mengemasi barang-barangnya ia segera turun ke aula untuk kembali melanjutkan seminar terakhirnya . sebelum acara di mulai di juampainya lian yang lagi duduk sambil baca buku di luar aula untuk memastikan keberangkatan mereka besok. Setelah semuanya pasti Leni masuk ke ruangan dan acarapun kembali di mulai, materi demi materipun di paparkan hingga jam menunjukan pukul 12:00 acarapun berakhir. mereka bergegas ke ruang makan untuk makan siang,. Sebuah pesan masuk ke inbox Leni,




Len, aku tunggu di lobi jam 13:20 cepetan ya, pulangnya takut kejebak macet

Lian


Leni dan teman-temanya pun mempercepat makan lalu menuju kamar untuk merapikan barang-barang bawaan mereka. jam 13.10 mereka turun ke lobi lebih awal dari waktu yang di janjikan, ternyata Lian juga telah berada di lobi .

“Lian..” panggil Leni

“yuk, berangkat” Lian berjalan di samping Leni di susul oleh Lisa dan Putri.

“nanti nyampe sananya jam berapa nih yan ?” tanya Lisa

“paling sebelum asar juga kita nyampe. Kalo gak mecet sih, soalnya kita lewat kota” jawab Lian sambil menoleh ke arah Lisa. setelah semua barang masuk ke bagasi, pedal gas di mainkan dan mobil berpacu dengan kendaraan lainya.

“mobil kamu sendiri yan?” tanya Lisa

“iya, aku ke sini pake mobil dari jogja”

“eh, ntar malam kita bermalam di mana nih?” tanya Leni

“kalo masalah penginapan tenang aja, om ku punya apartemen deket daerah sini. Jadi kita bisa numpang bermalam di sana buat malam ini.”

selama perjalanan berlangsung mereka asik bercerita-cerita sambil melahap snack yang sebelumnya telah mereka beli di super market. Dua jam kemudian mereka telah sampai di pinggiran desa tempat tumbuhan obat-obatan itu. Merekapun turun, leni diam menatap plang pembangunan villa nusantara indah.

“len, serius aku gak tau” ujar Lian. Mereka memasuki area pembangunan. pembangunan belum berlangsung namun bahan-bahan material telah tersedia di dalam pagar tempat pembangunan. Lian berjalan di depan Leni, Lisa dan Putri menyusul di belakangnya. Lian membuka buku berisi foto-foto hasil penelitian sebelumnya untuk menyocokkan beberapa tumbuhan tersebut. “cuman ada yang ini “ Lian menunjuk salah satu tumbuhan yang ada di sana.

“pasti ada yang lain yan, liat bukunya” leni mengambil buku tersebut dari tangan Lian, dan membolak baliknya.

“Hey, ngapain?” seseorang kurir penjaga mendekat ke arah mereka. Merekapun menoleh mendengar teriakan itu.

“maaf pak, kami dari lembaga kedokteran herbal mau mengambil beberapa tumbuhan obat-obatan di sini.” Lian berujar dengan ramah.

“Lian..” panggil Leni.

“kenapa len?” Lian tersenyum setelah meliahat tumbuhan obat-obatan tersebut banyak tumbuh mengelilingi sebatang pohon eek yang menjulang tinggi di tengah-tengah are pembangunan..

“Maaf Mas, Mbak. tolong jangan jadikan area ini sebagai tempat penelitian,”

“pak, dari pada tumbuhan ini terbuang sia-sia karna pembangunan villa ini, lebih baik di manfaatkankan?” ujar Leni

“iya tapi, pembangunannya akan di laksanakan besok pagi. Saya tidak mau di pecat karna di anggap tidak bisa menjaga daerah pendirian villa.”

"tapi, pak.. kalo tumbuhan ini di ambil. Saya jamin gak bakal ngerusak apapun.” Jawab Putri

“maaf saya tidak bisa memberi izin, mengambil tanpa izin, itu mencuri namanya." Waktu menunjukan pukul 17:30 . “sebaiknya kalian pulang dari pada saya panggil keamanan kampung untuk mengusir kalian.” Lian memandang Leni pasrah.

“maaf pak, siapa yang bertanggung jawab atas pembangunan ini ?” tanya Leni

“tugas saya hanya menjaga"

“saya akan minta izin untuk menunda beberapa jam saja”

“tidak mungkin, karna pembangunannya sudah di tunda selama seminggu. Dan tidak mungkin di tunda lagi.”

“pak, saya mohon .. saya butuh nomor orang itu.”

“ini kartu nama atasan saya, tanya aja pada beliau” Bapak itu menyodorkan sebuah kartu nama.”Saya harap sekarang juga kalian meninggalkan tempat ini” Ujar bapak itu tegas, dan mereka pun meninggalkan lahan pembangunan tersebut. setelah masuk ke mobil Leni langsung menghubungi nomor yang tertera di kartu nama. Dan akhirnya Leni berhasil mendapatkan nomor petanggung jawab pembangunan dengan berbagai alasan. Setelah telfon di matikan leni langsung menghubungi nomor yang baru saja di dapatkanya.

“asalamu’alaikum. ya dengan siapa?”tanya orang di ujung telfon.

“waalaikum salam, selamat malam bapak, saya dari kedokteran herbal ingin berjumpa dengan bapak. Apa bapak sedang ada di Malang ?”

“iya, saya lagi di Malang"

"malam ini saya bisa ketemu pak?"

"wah, saya ada rapat. Maaf

"saya tunggu sampai bapak selesai.”

“baiklah , saya rapat selesai rapat jam 10. Nati kita ketemu di restoran Nalia di jalan kelapa.”

“pak, gimana kalo saya dan teman-teman saya tunggu di tempat bapak rapat aja ?”

“saya rapat di balai kota.”

“Terima kasih pak, asalamu’alaikum” Leni menutup telfon.lalu menghela nafas panjang.

“len, kenapa kita harus ketemu?” Lian protes

“habis tu orang sibuk banget yan" jawab Leni

"oke, jam 10 malam, jadi sekarang kita mau kemana ?” tanya Putri

“kalian pada mau belanja?” tanya Lian

“boleh tuh,” jawab putri cepat

“belanja sampe jam 8 ya,” ujar Lian

“dih, mana bisa? sekarang udah jam berapa coba? gak usah deh kalo gitu. Besok-besok aja”

“Hahaha, ya udah kita jalan aja deh, sambil cari makan. Gimana?” tanya lian

“tersereh aja deh.” Jawab Leni sekenanya.

Jam menunjukan pukul 21:14 Setengah jam kemudian sampailah mereka di halaman balai kota.

“langsung turun apa nunggu di mobil aja nih ?” tanya Lian.

“turun aja yuk, nyari udara segar” jawab Puti.

“aku di mobil aja ya, kalian jalan aja dulu.” Jawab Leni

“aku mau jalan juga deh ,” jawab Lisa. “Lian ?”tanyanya kemudian.

“emm, aku di mobil aja deh, mau istirahat. Capek nyopir mulu.”

“ya udah, ntar kita ngumpul di teras balai jam 21:55. Kita keluar dulu ya,..” kata Lisa

Lisa dan Putripun pergi. Lain menurunkan sandaran bagkunya untuk sedikit merebahkan tubuh. sedangkan Leni hanya diam memandang jauh ke luar jendela, Dari kursi belakang samping sopir.

“jangan ngelamun mulu” Lian berusaha mencairkan suasana

“terus ngapain?” tanya Leni tanpa mengalihkan pandangannya.

“kalo ada masalah jangan di pendam sendiri kali. Cerita”

“gak ada masalah kok, deg-degan aja mau ketemu tuh orang.” Lian hanya diam mendengar pernyataan Leni. Waktu terus berjalan perlahan-lahan jarum detik pun mengarah ke menit 55. Lian dan Leni keluar dari mobil menuju teras , di sana sudah ada Lisa dan Putri yang lagi duduk sambil cerita-cerita. Setelah Leni dan Lian sampai, mereka segera bangkit dari duduk,berjalan di belakang Leni dan Lian. Lian pergi ke meja resepsionis menanyakan tentang rapat tersebut,

“gimana yan ?,”tanya Putri saat Lian kembali dari meja resepsionis.

“katanya 10 menit lagi selesai," Mereka diam sibuk dengan pikiran dan pekerjaan masing-masing. Leni dengerin musik, Lian buka internet, Putri smsan, sedangkan Lisa baca majalah. Mereka segera berdiri dan menghentikan aktifitasnya saat orang-orang berdasi dan berjas hitam keluar dari ruangan rapat yang ada di sebelah kiri.

“orangnya yang mana len ?” tanya putri

“aku gak tau. namanya juga aku gak tau.” Namun tiba-tiba leni maju beberapa langkah memusatkan pandanganya pada seseorang yang baru keluar dari ruangan tersebut sambil berbincang-bincang dengan temanya.



“itu orangnya len ?”tanya Lian. Leni diam tak menjawab sambil terus mempercepat langkahnya di ikuti oleh ketiga temanya.

“Riko.” Ujar Leni setelah pemuda itu menyelesaikan obrolanya, dan berpisah dari temannya.

“kok bisa di sini ?” Riko tersenyum pada sahabat lamannya, dan mengulurkan tangan untuk berjabat.

“kamu juga, ngapain di sini bukan harusnya kamu di jakarta?” Leni membalas jabatan tangan Riko.

“iya aku ada proyek beberapa bulan di sini. Kamu apa kabar ? udah lama banget kita gak ketemu.”

“proyek ?”

“iya, aku di tugasin buat ngurus pembanguan villa di desa ranum sari.”

“dunia ini kecil banget ya,” ujar Leni

“maksud kamu ?”

“tadi aku yang nelfon kamu, yang bakal nungguin kamu selesai rapat. Eh, ini teman-teman aku Lian, Lisa dan Putri. ” Leni memperkenalkan.

“Oh, kamu yang nelfon? Kita biaca di sana aja, sambil duduk.” Riko menunjuk bangku di sebelah kiri pintu masuk. “jadi, ada apa?” tanya Riko kembali setelah mereka duduk.

“aku sama temen-temen aku mau minta bantuan kamu.”

“batuan,apa ?”

“jadi gini ko, di atas lahan yang akan di bangun itu ada tumbuhan obat-obatan. kami mau membudidayakan sebagiannya dan sebagiannya lagi buat langsung di olah menjadi obat, karna tumbuhanya cukup sulit untuk di ambil dan harus dengan teliti oleh orang-orang tertentu. Jadi mungkin membutuhkan waktu setengah hari buat memindah lahankan tumbuhan tersebut. Terusss..”

“etts, maksudnya ?aku harus nunda pembangunannya gitu?” potong riko

“ko, gak ditunda juga. cuman di undur sampe siang aja. aku janji gak bakal lebih dari itu.” Leni berusaha meyakinkan Riko

“Len, pembangunan itu udah di tunda selama seminggu, dan lahan itu juga punya orang. aku udah janji bakal mengoprasikan pembangunan besok pagi, bukannya aku gak mau nolongin kamu. Tapii, gimana nantinya aku sama rekan kerjaku yang lain. Bisa-bisa kepercayaan dari konsumen hilang dan perusahaan yang aku pegang mengalami penurunan karna beberapa penundaan dalam proyek yang aku tanganin, dan kemungkinan lainya aku bakal kehilangan relasi“ Riko menjelaskan dengan berat hati. leni hanya diam memandang keramik-keramik putih yang tersusun rapi di lantai, serasa tak ingin melanjutkan percakapan lagi karna jawaban yang di dapat tak seperti harapan sebelumnya “len, tolong ngerti posisi aku.”

“Riko,kami gak bermaksud menggangu proses pembangunan villa itu apa lagi mengganggu pekerjaan kamu. Setidaknya izinin kami ngambil beberapa pohon aja buat di budidayakan. Aku janji gak bakal sampai siang” Lian mencoba menjelaskan dan berusaha untuk meyakini kenalan barunya ini. Leni menoleh pada Lian yang menatap penuh harap pada Riko. Mereka semua hanya diam dalam kebisuan, Riko menatap jauh ke ujung ruangan mempertimbangkan apa yang akan terjadi nantinya, ia menghela nafas panjang “oke, aku coba omongin” Riko berdiri dan mengeluarkan hp untuk menghubungi atasanya sambil berjalan menjauh. Leni dan teman-temannya memperhatikan dari jauh saat Riko mulai berbicara dan mencoba menjelaskan. Tiga menit berlalu barulah Riko selesai menghubungi atasannya. Riko kembali duduk di tempat duduknya sambil menyunggingkan senyuman.

“selamat, kalian dapat tumbuhanya.” Ujar Riko

“beneran ko ?” Leni bertanya seakan tak percaya. Riko mengangukkan kepalanya untuk meyakinkan Leni. “ya Allah, makasih banget ko. Tapi pe..”

“pulang yuk udah malem banget nih. Udan jam 11” Riko memotong ucapan Leni. Dan akhirnya merekapun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar “oh iya , kalian bermalam di mana nih ?” tanya Riko

“di apartemen omnya Lian, “ jawab Leni

“teman-teman, leninya aku pinjem ya.” kata Riko

“haa ?” Lian heran, Leni diam menatap Riko gak ngerti

“kita sama-sama ke apartemenya om kamu tapi leni bareng sama aku. Gak papa kan ?” Lian mengangguk tanda setuju lalu langsung pergi jalan lebih awal ke mobil di susul Lisa dan Putri. Mobil Lian pun jalan di depan di susul oleh mobil Riko.


“lucu banget ya kita, lost kontak 3 tahun eh, ketemunya malah kaya gini. kamu, kapan balik ke jakarta?” tanya Riko sambil memandang Leni yang berada di sampingnya sekilas.

“Haha iya, siang besok” jawab leni

“sabtu besok aku mau main ke rumah”

“gitu dong ko, ibu sering tau nanyain kamu,”

“terus kamu bilang apa ?”

“aku bilang aja kamu lagi sibuk sama pekerjaan kamu. Eh, malah kemaren rencananya balik dari Malang aku mau main ke rumah kamu., ternyata kita ketemu di sini. oh iya, tadi aku mau nanya jadi setelah yang tadi itu, pekerjaan kamu gimana? kamu tetap masih ada kerja samakan sama atasan mu itu ?”

"enggak len"

“maksudnya?”

“ya, kerja sama putus dan sekarang aku mau fokusin usaha yang di jakarta aja.”

“Riko, kok kamu gitu sih? harusnya kamu gak usah bantuin aku kalo gini jadinya.” Leni merasa bersalah karna ganggu pekerjaanya Riko.

“udahlah len, gak papa kok.”

“tapi ko, aku gak bisa senang di atas penderitaan teman sendiri"

“len, ingat gak, dulu aku pernah janji bakal bahagiain kamu, dan aku buktiin itu. walau aku terjebak dengan posisiku sendiri.”

“tapi kenapa harus kamu putusin kerja samanya? Padahal itu satu-satunya jalan buat hujutin cita-cita kamukan?”

“rezki Allah yang ngatur len,” Mobil berhenti. mereka sampai di apartemen omnya Lian.

“Maaf ko"

“gak papa kok len, teman itu lebih dari segalanya. Besok aku aja yang ngantarin kalian ke bandara, jadi aku harus jemput jam berapa nih ?”

“jam 11” leni membuka pintu mobil dan turun. “sampai ketemu besok, asalamu’alaikum.”

Leni bergabung dengan teman-temanya lagi,

“Lian, masalah tumbuhan itu nanti siapa yang ngurus?” tanya Leni

“tenang aja, aku punya temen-temen seprofesi di sini, nanti temen-temen ku aja yang ngurus.”

" Eh, besok Riko aja yang ngantarin kita ke bandara, gak papakan ?” tanya Leni.

“terserah kamu, nih kunci kamarnya. lantai 2” Lian menyerahkan kunci dan pergi menuju kamarnya. “Kenapa dia?” tanya Leni pada teman-temannya saat menaiki tangga.

“patah hati” jawab Lisa sambil tergelak

“kenapa? habis di putusin pacarnya?”

"penantian sia-sia.”

“maksudnya?”

“Haha pikir aja ndiri.” Ucap lisa dan putri berbarengan. leni hanya diam mendapat jawaban demikian dari teman-temannya. Merekapun masuk kedalam kamar dan langsung merebahkan diri ke ranjang karna sangat kelelahan lisa langsung terlelap saat merebahkan tubuh di ranjang.

“Riko ganteng ya len,” gumam Putri.

“iya kali,”

“tapi Lian juga ganteng len,”

“apaan sih put. Udah istirahat-istirahat”

“eh, len tadi waktu perjalanan menuju ke sini tuh rasanya beku banget. Seolah tak ada manusia yang bernyawa di dekat ku, aku tak mengerti dengan sikap mereka, terlebih sikap sang pangeran yang mengendarai kereta bermesin itu, padahal aku berusaha untuk membuatnya nyaman tanpa ada kau di sisinya. ”

“apaan lagi sih. Udah malam masih bersyair aja lu..”

“hidup-hidup gue, biarin kali. Eh tidur dulu len good night and have nice dream, sweet heart” Putri membalikan tubuhnya dan tidur.



Bulan makin meninggi. Malam yang senyap memberikan kesempatan beristirahat pada seluruh insan yang lelah dalam siangnya, memberikan ketenangan pada insan yang bosan dengan suara-suara bising di siang hari. Lambat laun perputaran bumi memaksa bulan untuk berpindah tugas menerangi bagian alam di negri lainya.




Waktu menunjukan pukul 10:45.

“Riko jemput jam berapa len ?” tanya Lisa.

“jam 11. Eh, siap-siap yuk bentar lagi tau.” Jawab Leni yang langsung bangkit untuk merapikan barang-barangnya Lisa dan Putri menghentikan kegiatan untuk ikut berkemas, saat jam telah menunjukan jam 11 mereka segera turun, Ternyata Riko sudah berada di sana.







“udah lama ko ?” tanya Leni.

“enggak baru aja nyampe, langsung yuk.” Ajak Riko. Leni melihat ke sekeliling

“Tunggu” Leni pergi ke resepsionis “Mbak, keponakan yang punya apartemen ini di mana ya ?” tanya Leni

“Mas Lian udah berangkat jam 8 pagi tadi, Saya gak tau juga.”

“makasih deh mbak,” Leni segera berbalik dan berjalan ke arah Riko, Lisa dan Putri yang lagi ngobrol. “yuk berangkat.” Ujar Leni.

“langsung ke bandara nih ?” tanya Riko. Sambil memasukkan gigi dan menginjak pedal gas.

“iya” jawab Leni

“Lian gimana Len ?” tanya Lisa

“Lian, lagi ada urusan.”

merekapun langsung melaju menuju bandara. Kendaraan tidak terlalu ramai berlalu-lalang di jalanan. Dalam waktu 40 menit mereka sampai di bandara.

“Len, kirim salam buat ibu sama ayah kamu.” Ujar Riko sebelum Leni meletakkan tasnya ke dalam mesin pemeriksaan.

“iya, aku juga ya ko. Nanti kalo udah balik ke jakarta jangan lupa main ke rumah.” Pesan Leni saat hendak melewati petugas pemeriksan

“okeh, hati-hati di jalan”

“iya, sekali lagi makasih buat semuanya. Aku pergi dulu."

“iya, sama-sama.” Leni pun masuk ke gerbang pemeriksaan dan langsung cek in untuk segera menunggu keberangkatan. Saat hendak mengantri untuk masuk ke pesawat hp Leni berbunyi tanda ada SMS masuk, Leni membiarkanya dulu , setelah ia telah mendapatkan tempat duduk barulah Leni membukanya sebelum mengganti peraturan menjadi on air




Maaf aku gak nemuin kamu dulu sebelum kalian berangakat ke bandara dan makasih udah jadi teman dan rekan yang baik. 4 hari yang mengesan kan kenal sama kamu. tau gak sih, awalnya aku pikir kita bisa lebih dari sekedar teman, sebelum aku tau riko, tapi semua udah ada yang ngatur kan, ya, kita sebagai manusia cuma bisa ngikut sama alur dari sekenarionya tuhan. kayanya Riko bakal seriusin kamu tuh len, Hehe,, wish better for you aja lah. bakal rindu kamu nih kayanya beberapa hari kedepan. moga kapan-kapan kita bisa ketemu lagi, makasih lah buat semuanya.dan hati-hati di jalan.


Lian



Leni menghela nafas panjang di tolehkannya pandangan jauh ke luar jendela. “ya Allah aku gak pernah tau tentang perasaan mereka kalau mereka gak bilang ke aku. terus, sekarang harus gimana?” batin leni.

"keapa len?"tanya lisa

“gak papa kok, lis.” Leni langsung meng on airkan hpnya karna pesawat mulai lepas landas. Sepanjang perjalanan leni hanya diam mendengarkan lagu mencoba untuk menenangkan fikiranya namun dalam fikiranya selalu hadir rasa ketidak nyamanan atas semua yang telah terjadi pada dua orang temanya, Lian dan Riko. Sejam berlalu dan pesawatpun mulai mendaratkan roda-rodanya di bandara Sukarno-hatta.


Setelah leni dan teman-temanya keluar dari pesawat. Mereka langsung mengaktifkan hpnya. Leni langsung pamitan dengan lisa dan putri saat di lihatnya ayahnya telah berdiri di depan gerbang penantian penumpang yang baru tiba dari keberangkatan.


“ayah....,”leni menyalimi ayahnya.

“Ibu mu udah kangen tuh sama kamu, ayuk buruan” ayah Leni langsung tancap gas setelah Leni masuk ke dalam mobil. Leni langsung mengeluarkan hpnya untuk membalas pesan dari lian.


Alhamdulillah udah nyampe jakarta lagi nih, 4 hari yang berkesan ya? buat aku juga gitu, makasih juga udah jadi rekan dan teman yang baik. dan maaf udah repotin kamu, jadi gak enak nih, dan jadi bingung juga mau bilang apa, hehe, kita kan ga tau sekenarionya gimana, ya jalanin aja dulu yan, waktunya masih panjang kan, masalah nanti, nanti kita fikirkan lagi. ya, moga kapan-kapan kita bisa ketemu lagi deh, di lain kesempatan :)

Leni


sesampainya di rumah, setelah selesai melepas rindu dengan ibunya, Leni segera masuk ke kamar, di rebahkanya tubuh ke kesur yang sudah 4 hari tidak berpenguhi, udara sejuk kamarnya masuk ke rongga pernafasan dan menggatikan udara kotor jalanan jakarta. kamar ini yang selalu membuatnya tenang, di sini ia selalu bersemedi menyelesaikan masalahnya dari kehiduan dunia diluar sana. beberapa menit kemudian, matanya terpejam, antar sadar dan tidak seolah ada sisi lain dari dirinya yang datang dan berkata di sampingnya,


“len, kamu bisa belajar banyak dari apa yang kamu alamin beberapa hari lalu mulai dari pengorbanan riko yang merelakan untuk menunda impianya demi kamu dan kesetiaan janjinya di masa lalu,. Kesabaran dan kelapangan hati lian yang tidak mementingka egonya sendiri meski dia melihat harapan itu terbentang luas. Tapi dia juga merelakan kebahagiaan orang lain di atas penderitaanya, dan kamu juga harus belajar dari pengorbanan, kesabaran dan kelapangan hati mereka, suatu saat nanti saat kamu di hadapkan pada pilihan yang rumit antara kepentingan mu dan kepentingan orang lain. Kamu harus ingat bahwa dahulu ada orang-orang yang rela berkorban demi kamu, dan kamu juga harus belajar berkorban demi kebaikan orang lain, meski kamu harus mengorbankan seluruh harta benda mu.”

“dan kamu harus percaya bahwa sekenario Allah itu sangat indah dia tidak akan membiarkan hamba-hambanya yang bersabar selalu berada dalam keterpurukan, saat kita memberikan yang terbaik untuk orang lain, saat kita harus mengorbankan yang terbaik yang kita miliki. yakinlah suatu saat nanti Allah akan menggantikannya dengan yang lebih indah. tapi, apabila pengorbanan kita itu di landasi dengan keikhlasan hati.” timpal sosok itu lagi

"Hidup ini untuk di jalani bukan untuk di pusingkan atau di sesali. Yang berlalu biarlah berlalu dan jadikan itu sebagai pelajaran di masa yang akan datang, jangan berlarut-larut memikirkan yang gak pasti, Len. semua permasalahan ini di ciptakan dengan penyelesaianya"

perlahan, matanya terbuka. selueit cahaya lampu kamar menyilaukan pandangan matanya, ia sedikir menyipitkan mata untuk membiasakan retinaya bekerja menerima intensitas cahaya yang masuk.




Bulan kembali hadir di sisi barat pulau jawa di iringi dengan gemerlap bintang yang tak pernah bosan menemaninya. Leni duduk di lantai balkon kamarnya, sambil menatapi kerlipan bintang nan jauh di angkasa sana. TING sebuah pesan masuk ke inbox hpnya, sederet nama tertera Riko, di bukanya pesan itu.


Leniii, ada kabar baik nih.. ternyata kemaren itu klien aku cuman mau nguji doang, sebesar apa nyali yang aku punya buat mutusin kerja sama dengan dia. dan tadi menjelang sore atasan ku nelfon dan bilang bahwa aku tetap berada pada posisi ku di perusahaannya dan dia juga bilang bahwa suatu saat nanti saat waktunya tiba dia bakal nyerahin posisinya sama aku, Tapi dengan syarat aku harus nikah dengan anaknya dia. eh, len. Tadi aku ketemu sama Lian waktu ngecek tumbuhan obat-obatan mu itu. Lian bilang kalo aku ada waktu dia nyuruh aku sama kamu silaturahmi ke rumahnya dia sambil ngeliat hasil ramuan-ramuannya dia. haha kayak dukun aja ya kalian. Len, karna proyek ku jalan lagi jadi aku gak bisa balik ke jakarta dulu. Tapi aku janji bakal langsung ke rumah kamu setelah balik ke jakarta

Riko





Leni membalas pesan dari Riko.


Cieh,, sukses deh kalo gitu. Semoga lancar ya pekerjaannya di sana. Oke deh ntar kapan-kapan kita main ke tempatnya Lian, ngeliat ramuan-ramuannya itu. eh, jadi ntar kalo udah tiba saatnya kamu bakal nikahin anaknya atasanmu itu gitu ?


Leni


Leni mengirim pesan balasan untuk Riko. Semenit kemudian pesan kembali masuk ke inbox leni. langsung di bukanya pesanya itu.



Emangnya kenapa? gak terima? tenang aja len, aku gak bakal mau sama anaknya atasan aku, karna anaknya udah meninggal 11 tahun yang lalu. Hahaha aku becanda kali. Eh, aku tidur dulu ya udah ngantuk. Selamat malam sayang. Jangan di balas orangnya udah tidur.


Riko





Leni tersenyum setelah membaca pesan balasan Riko, ia masuk ke kamar dan menutup pintu balkon. Di rebahkanya tubuhnya di atas kasur, Leni memandangi langit-langit kamarnya teringat lagi olehnya petuah sisi lain dari dirinya, bahwa akan ada sesuatu yang lebih baik yang di persembahkan Allah untuk hamba-hambanya yang bersabar. Lambat laun Lenipun terlelap oleh hayalanya sendiri. Rembulan masih tampak anggun seperti biasanya gemintangpun masih tampak semenawan malam yang lalu, namun langit malam tampak lebih terang dari biasanya karna ketegaran hati sorang insan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Api Pengorbanan"

Posting Komentar