Merbabu day 2



Merbabu 10 Agustus 2018, Perjalanan dimulai lagi jam 11 siang, trek perjalanan kali ini bertambah ekstrim dengan banyak tanjakan pasir. Tanah yang kami pijak meninggalkan debu untuk teman yang berjalan dibelakang. Panas terik matahari dan trek yang lebih menanjak membuat aku lebih banyak berhenti dari perjalanan kemarin. Posisi berjalan ku berpindah dibarisan ke tiga. Dibelakang faqih dan igoy. Awalnya Ayu berjalan dibelakang ku. di susul hilmy, rama dan aziz. Semakin jauh. Ayu semakin pelan jalannya, semakin lama dan banyak berhentinya. Capek sekali, jelas. Aku juga.

Karna terlalu banyak dan sering berhenti, hilmy bilang “jalannya pelan-pelan, kakinya jangan di tekuk” baru istirahat ngambil nafas satu menit udah diajak jalan lagi. “ga boleh dipaksaiin my” kata ku masih dengan nafas tersenggal-senggal. “kalau dipaksain kakinya bisa ga singkron sama otak. Ntar jatuh mulu” kataku sambil menceritakan kejadian 2016 lalu saat berkali-kali jatuh diperjalanan turun dari gunung guntur. Padahal saat itu aku gak kecapean. Tapi gatau kenapa.. jatuh terus bahkan di jalanan datar. Kan jadi malu.

Menjelang waktu ashar aku dan hilmy sampai di pos air. Dikejauhan igoy dan faqih sudah menunggu diatas pos air. Mereka sudah terlalu lama menunggu di pos air katanya. Jadi mau lanjut jalan sampai pos 3 dan akan menunggu disana. Sedangkan Ayu, Aziz dan Rama masih jauh dibelakang.

Aku dan Hilmy bersih-bersih di pos air sambil mengisi botol air yang kosong. Katanya dari pos air ini sampai ke pos 3 menghabiskan waktu 15 menit. setelah cukup lama dipos air aku dan hilmy melanjutkan perjalanan ke pos 3, awalnya ambil jalur kiri ternyata salah jalan. Untunglah jalurnya landai. seingat Hilmy, pos 3 itu melipir ke kanan. Kami putar arah lagi, treknya masih setapak-setapak menanjak, untungnya tidak separah sebelumnya. Lebih banyak rerumputan kering untuk dijadikan pijakan. Saat sampai pos 3 ada beberapa rombongan yang sedang berkemas untuk turun. Igoy dan faqih sudah tidur pulas menghadap hamparan awan putih dan suguhan gagahnya merapi. Indah sekali pemandangannya.

Hingga setengah jam kemudian Aziz dan Ayu belum juga tiba di pos 3. Kata Rama, mereka masih istirahat di pos air. Kami mendirikan tenda terlebih dahulu kemudian Faqih, igoy dan Hilmy turun lagi ke pos Air untuk mengisi botol kosong dan whudu. Sekembalinya mereka dari pos air Ayu dan Aziz belum juga datang. Katanya Ayu mau mandi-mandi dulu di pos air, padahal air di sana tidak melimpah juga. Cuma ada satu tong dengan aliran pipa yang mengalir air tidak terlalu banyak. Usai solat Dzuhur dan Ashar berjama’ah dibawah hangat matahari sore dan dinginnya ketinggian, kami kembali berbenah tenda. Lalu naik ke bukit diatas pos 3 untuk menikmati sunset disana. Beberapa menit sebelum berangkat Ayu dan Aziz baru tiba di pos 3 dengan wajah ceria. Tidak sebutek tadi saat perjalanan siang.

Sore itu yang naik keatas bukit sabana ada Aku, Igoy, Hilmy dan Faqih. Sambil mengambil beberapa foto dan video “obrolan senja” kata mereka. Aku dan igoy yang menjadi objek video terpaksa harus cerita. Ya dari pada cerita ngaur ga jelas, jadilah aku benar-benar bercerita tentang respon teman-teman ku atas perjalanan ini, tanggapan dan komentar mereka tantang perjalanan ke Merbabu “the Power of Media Sosial” kalo kata faqih. Hingga suhu terasa semakin dingin. kami menyudahi foto-foto dan ngobrol di bukit sabana itu, lalu turun ke pos 3 lagi. setibanya di pos 3 ternyata pemandangan kuning keemasan dari matahari yang hendak berpamitan tidak kalah kerennya dibanding hasil foto yang kami ambil di atas tadi. Beruntunglah aku dan ayu sempat mengabadikan momen itu untuk mengambil beberapa gambar bersama.

Malam itu suhu diketinggian pos 3 lebih dingin dari sebelumnya. Tenda, jaket dan sebuah SB tidak cukup untuk mengusir dingin yang merasuk hingga ke tulang. Entah mengapa sudah beberapa hari ini aku memang sedikit parno dengan suhu yang terlalu dingin, dan ku rasa suhu dikota Depok pun beberapa hari terakhir sedang Dingin. Jelas diketinggian merbabu dinginnya tidak tertahankan.

Malam sudah sunyi, orang-orang sudah bersembunyi dibalik SB den jaket tebalnya. Aku juga, meski masih berusaha menepis dingin. Dan selalu tidak nyaman tidur dengan posisi apapun. Ayu yang awalnya tidur pulas mulai gerasak-gerusuk, menggigil kedinginan. Aku paling gak tega ngeliat orang kedinginan “apa yang dingin yu?” tanyaku berbisik takut mengganggu yang lain. “kaki” jawabnya bergetar. Kunyalakan senter, mengambil beberapa helai pakaian dari dalam tas, lalu merapikan posisi SB yang dikenakan ayu, memaksa memerikan minyak kayu putih meski dibalut kaus kaki, lalu melilit kakinya dengan pakaian dan bersimpuh memeluk kaki ayu cukup lama agar terasa hangat. Namun sepertinya tidak berpengaruh banyak, Ayu tetap menggigil kedinginan, aku usap-usap punggungnya, sambil meringkuk melingkarkan pelukan, “kamu sugestinya hangat ya, jangan dingin” cukup lama aku meringkuk diatas tubuh ayu yang kedinginan. Kuambil jam dari tas kecil masih jam 11.30 ucap kupelan. Malam itu terasa lambat sekali. Ayu yang tadinya mengigil menahan dingin mulai terisak “jangan nangis, gapapa kok, hangat” kataku sambil merapatkan lagi posisi tubuh kami dan mengelus-elus punggung dan tangnnya “Nab” suara hilmy dari tenda sebelah. “iya, gapapa” sahut ku. ternyata aziz terbangun juga. Dan memberikan beberapa helai pakaian untuk menghangatkan. Segera aku rapikan pakaian yang ada dan melilitkannya pada kepala, badan dan kakinya. Sambil tetap meringkuk menghangatkan Ayu.

Bersambung...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Merbabu day 2"

Posting Komentar